REVIEW DARI FILM SOCIAL THE DIILEMMA
REVIEW
DARI FILM SOCIAL THE DIILEMMA
Oleh
Jeff Orlowski
Berdurasi
94 menit 29 detik
Ditayangkan
di Netflix
Film The Social Dilemma adalah sebuah film dokumenter
yang bercerita tentang pentingnya sosial media dan membeberkan sisi gelap teknologi
internet, ditenagai oleh algoritme hingga akhirnya membawa pada sebuah
ke-dilema-an. Film ini mengupas beberapa hal yang mengerikan sebagai dampak
dari penggunaan sosial media, mulai dari pengawasan secara diam-diam terhadap
aktivitas penggunanya serta perekaman dengan hati-hati hingga memanipulasi
tampilan feed supaya individu tak bisa lepas dari media sosial.
Film yang disutradarai oleh Jeff Orlowski ini
memberikan kesadaran dalam menggunakan sosial media untuk menjadi pengguna yang
cerdas. The Social Dilemma membongkar dampak negatif dari media sosial,
diantaranya interaksi antara individu yang semakin menurun karena lebih nyaman
dengan ponselnya, pengaruhnya kesehatan mental, beredarnya informasi yang
kurang valid hingga hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan negara.
Ø Ringkasan
cerita
Diawali sebuah kutipan dari Sophocles, “Nothing vast
enters the life of mortals without a curse,” atau “Tidak ada hal besar yang
memasuki kehidupan manusia tanpa kutukan,” film drama dokumenter berjudul The
Social Dilemma dimulai. Film kemudian menampilkan para profesional yang punya
pengalaman berkecimpung di dunia media sosial, bukan sebagai pengguna melainkan
orang-orang di balik layar.
Mereka bekerja untuk Google, Instagram, Facebook,
Mozilla Firefox, Twitter, Pinterest dan lainnya. Jabatan orang-orang ini tidak
main-main, dari mantan Google Design Ethicist hingga mantan President of
Pinterest. Semuanya memulai pembicaraan dengan raut muka yang tidak bisa
ditebak. Mereka terlihat gelisah dan kurang nyaman.
Salah satunya mengatakan bahwa pembuatan media sosial
pada dasarnya dirasa demi kebaikan, tapi dia juga tidak tahu apakah yang
dirasakannya tersebut masih sama. Joe Toscano sebagai mantan Experience Design
Consultant Google menyatakan dirinya berhenti pada 2017 lalu karena masalah
etika, bukan hanya di Google, melainkan industri sosial media secara umum.
Hal senada disampaikan oleh Justin Rosentein (Google
Engineer, mantan Facebook Engineer, co-founder Asana), bahwa dirinya khawatir.
Pendapat lain disampaikan oleh mantan President of Pinterest, Tim Kendall,
menurutnya saat ini mudah melupakan fakta bahwa alat-alat ini (media sosial)
telah menciptakan hal-hal indah di dunia.
Tim menyampaikan bahwa melalui alat tersebut,
seseorang dapat bertemu dengan keluarganya yang hilang atau dapat menemukan
pendonor organ yang dibutuhkan. Hal-hal tersebut menurutnya menunjukkan ada
perubahan sistemik yang terjadi di seluruh dunia karena platform-platform ini.
Namun, kita juga terlalu naïf jika tidak sampai melihat sisi lain dari hal ini.
Jeff Seibert mantan Eksekutif di Twitter menuturkan
pendapatnya bahwa mengenai hal ini, dia percaya bahwa tidak ada siapa pun
berniat menimbulkan konsekuensi. Namun, ketika sebuah pertanyaan diajukan
mengenai apa masalahnya? Mengapa media sosial bisa memungkinkan
konsekuensi-konsekuensi itu terjadi, Jeff
terlihat perlu waktu lebih lama untuk menjawabnya, begitu pun dengan
yang lain.
Film dokumenter ini berlanjut dengan beberapa potongan
narasi dalam berita yang kurang lebih memuat isu terkait media sosial termasuk
hubungannya dengan kesehatan mental. Sementara itu di sebuah rumah tampak
seorang ibu sedang menyiapkan makan sementara anak gadisnya sibuk bermain
handphone. Sang ibu berulang kali meminta bantuan, tapi seolah tidak didengar.
Di sisi lain, sang kakak terlihat memprotes bahwa
menurutnya di usia belasan tahun, adiknya belum membutuhkan handphone. Namun
sang ibu menjelaskan dia tidak punya pilihan karena anak-anak lain di kelas
juga memilikinya. Suara berita di televisi masih terus menjadi backsound yang
mempertegas kegelisahan.
Pasalnya berita-berita tersebut berisi campuran
informasi yang mengkhawatirkan, mulai dari hoax seputar Covid-19 yang tersebar
melalui media sosial hingga lainnya. Seseorang di dalam televisi berpendapat
bahwa alat (media sosial) yang telah diciptakan hari ini mulai mengikis
struktur sosial dan cara kerja masyarakat. Benarkah sudah sampai separah itu?
Anda bisa menyaksikan film dokumenter ini melalui Netflix.
Ø Pesan
moral
Sebagai pengguna media sosial dewasa, kita sebenarnya
sudah bisa merasakan bahwa “alat” yang kita pakai saat ini bagai sebuah koin
dengan dua sisi, yaitu sisi yang membawa manfaat dan sisi lain yang bersifat
melemahkan dan menghancurkan diam-diam. Para pengguna media sosial bisa
melakukan apa pun untuk kebaikan hidupnya, missal mencari keluarga yang sudah
lama tidak bertemu atau menjual sesuatu.
Sementara itu, sisi buruk media sosial, seperti yang
disampaikan Tristan Harris, antara lain skandal, pencurian data, kecanduan
teknologi, hoax, polarisasi, dan beberapa pemilu yang diretas. Hal-hal ini
diperlihatkan melalui The Social Dilemma. Ketika menontonnya pastikan pikiran
Anda terbuka dan mau menerima fakta-fakta mengejutkan soal ini.
Ø Fakta
Mengejutkan Media Sosial
Teknik manipulasi dan data user yang digunakan untuk
mencapai keuntungan perusahaan bukan satu-satunya fakta mengejutkan yang bisa
Anda dapatkan saat menyaksikan The Social Dilemma. Film dokumenter ini
sekaligus memperdebatkan bahwa teknik manipulasi tersebut bisa menjadi penyebab
meningkatnya depresi dan angka bunuh diri di kalangan remaja dan dewasa muda.
The Social Dilemma sekaligus membahas tentang
bagaimana tindakan atau aktivitas user pada sebuah platform online rupanya
dilacak, diukur, dipantau, dan direkam oleh perusahaan terkait. Setelah itu
pihak perusahaan seperti menambang modal dari para penggunanya. Modal tersebut
nantinya yang bisa digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan pendapatan.
Fakta mengejutkan selanjutnya yang bisa diketahui
setelah menonton film dokumenter ini adalah adanya disinformation-for-profit
business model. Tristan menyampaikan bahwa perusahaan bisa menghasilkan uang
lebih banyak dengan cara mengizinkan pesan yang tidak diatur untuk menjangkau
siapa pun dengan harga terbaik.
Singkatnya yaitu sebuah pesan atau informasi yang
tidak dikehendaki dan cenderung mengganggu, yang bisa masuk ke media sosial
kita. Anda pasti pernah, kan, mendapatkan pesan atau promosi yang tiba-tiba
datang dan bingung darimana asalnya?
Belum lagi permasalahan hoax dan propaganda yang bisa
digunakan untuk memengaruhi iklim politik di suatu negara. Sebagai mantan
Google Design Ethicist, Tristan mengutarakan pendapatnya bahwa ini bukan
tentang sebuah teknologi yang menjadi ancaman eksistensial, melainkan kemampuan sebuah teknologi
menciptakan sesuatu yang buruk di masyarakat. Hal tersebut diperparah kenyataan
bahwa hal buruk yang terjadi di masyarakat saat ini adalah terancamnya
eksistensi.
Film dokumenter The Social Dilemma merupakan sarana
penyampai informasi terkait hal-hal yang sebenarnya terjadi di dunia media
sosial, yaitu sesuatu yang tidak terlihat oleh Anda sebagai pengguna tapi
sangat dikhawatirkan oleh orang-orang yang pernah bekerja di dalamnya.
Komentar
Posting Komentar